Link Khusus

ads here

Menyambangi Pemandian Pengantin di 'Maroba Kite Maju'

advertise here
Tepian Pengantin
BENGKULU - Bosan berwisata di gunung, pantai, air terjun dan danau?. Kabupaten Bengkulu Tengah menawarkan destinasi wisata nan asri. Alami. Wisata itu di desa Bukit Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu.

Pemandian pengantin, namanya. Wisata itu berada diantara areal perkebunan karet. Tanaman hutan pun masih tumbuh subuh di daerah ini. Wisata alam ini tersembunyi. Di balik pemukimanan warga, lokasinya.

Siang itu cuaca di kabupaten bermotto ''maroba kite maju'', cerah berawan. Sinar mentari menyinari pun terik. Termasuk di desa yang dipimpin kepala desa (kades) Ali Amran, ini. Sesekali kendaraan roda dua lalu lalang di desa ini. Debu jalan beterbangan.

Rerata masyarakat desa memilih berlindung di dalam rumah. Terik sinar matahari, salah satu penyebabnya. Berbeda dengan Ali Amran beserta istri Dewi Sunarti (39) dan anak perempuannya.

Mereka duduk di depan rumah. Santai. Di depan rumahnya ada pohon jambu air. Cukup besar. Satu pohon itu melindungi sinar mentari menerobos masuk secara langsung ke halaman rumah.  Sehingga teriknya mentari hari itu sedikit terhalang.

Pasangan suami istri (pasutri) itu sedang melayani tamu, ngobrol. Saling berhadapan. Ali duduk di kursi plastik. Begitu juga dengan istrinya. Termasuk pasutri yang sedang bertamu. Di depan mereka ada sebuah meja ukurannya sekira 1,5 meter. Berjejer air mineral, gelas.

''Dekat sini lokasinya. Di belakang rumah warga,'' kata Kades Bukit, Ali Amran.

Pesona alam pemandian pengantin itu berselang tiga rumah dari rumah, kades. Jaraknya 75 meter, kira-kira. Dari situ pengunjung musti berjalan sekira 50 meter. Jalannya, tanah. Ketika hujan berlumpur. Sementara, kendaraan di titip depan rumah warga.  

Saat berjalan pengunjung disuguhi pepohonan karet siap panen. Milik warga setempat. Sesekali terdengar suara khas hewan bersayap. Selain tanaman karet. Pepohonan tinggi di daerah itu masih menjulang tinggi.

Sekira 45 meter berjalan, pengunjung menemukan anak aliran sungai ulu. Arusnya, kecil. Tidak begitu lebar. Dangkal. Melompat atau berjalan di atas air, caranya. Di sekitar lokasi pemandian masih tumbuh tanaman asli kawasan itu.

Air pemandian itu dingin. Jernih. Ukurannya tidak terlalu besar. Sekira enam meter, panjangnya. Dua meter lebarnya. Kedalaman air 75 cm hingga 1 meter. Belum ada sarana dan prasarana di kawasan ini. Tempat duduk dan pondok tempat berlindung, misalnya.
             
Namun, perangkat desa membangun beton. Tempat pemandian. Cukup untuk tiga orang. Posisinya, berhadapan dengan kolam pemandian pengantin. Air pemandian pengantin itu berasal dari aliran sungai ulu. Bersih. Ketika air tersentuh kulit, dingin.

Kata pertama ketika di lokasi ini pun ingin berendam. Lama-lama, begitulah kira-kira. Sayangnya, tidak ada tempat ganti pakaian di daerah ini. Sehingga pengunjung musti menumpang di salah satu rumah warga setempat.        

Wisata alam yang masih alami ini cukup diminati pengunjung dari berbagai daerah. Masyarakat provinsi dengan julukan ''Bumi Rafflesia'', khususnya. Bahkan, wisatawan dari pulau Jawa. Tak ketinggalan wisatawan dari negeri Jiran, Malaysia.
 
Kolam pemandian pengantin ini memiliki nilai historis. Di mana setiap pasangan yang baru menikah musti mandi di lokasi kolam ini, khususnya warga desa Bukit. Hal tersebut merupakan amanat dari nenek moyang masyarakat setempat.

Konon katanya, hal tersebut merupakan isyarat bagi pasangan yang baru menikah. Dalam arti perempuan itu tidak meningggal dalam keadaan bersalin. Isyarat itu sudah berjalan sejak dulunya. Hingga saat ini.  

''Pengunjung dari pulau Jawa, ada mandi ke sini. Dari Malaysia juga ada menyempatkan diri mandi ketika datang ke desa Bukit,'' sampai Ali Amran.

Untuk tiba di obyek wisata itu pengunjung dapat menempuh perjalanan darat. Kendaraan roda empat maupun roda dua. Perjalanan dari Kota Bengkulu memakan waktu sekira 45 menit. Berjarak 25 kilometer (km), kira-kira.

Di mana perjalanan dengan melintasi desa Kembang Seri Kecamatan Talang Empat. Jaraknya, 9 km dari desa Bukit. Dari desa Kembang Seri perjalanan menuju ke desa Taba Lagan, tujuh km, kira-kira. Jalannya dihiasi lobang. Berbagai ukuran. Dari kecil, sedang hingga besar.

Tiba di desa Taba Lagan, perjalanan dilanjutkan sekira tiga km ke pusat desa Bukit. Sesekali pengendara menemui kendaraan bertonase besar. Muatannya, ''emas hitam'' atau batubara. Jalannya pun bergelombang serta banyak lobang. Hati-hati!.