Foto Didi Bengkulu |
Salah satu perajin kain besurek Doni Roesmandani, memasang target agara kain basurek bisa Go Internasional. Idealisme dan identitas lokal, salah satu langkahnya.
''Budaya Islam sangat lekat seni kaligrafi. Keunikan lokal yang kami pertahankan dalam batik kain besurek ini sebagai modal untuk Go Internasional,'' tegas Doni.
Desainer Samuel Wattimena dalam satu kesempatan di Bengkulu, mengatakan motif kaligrafi di kain besurek hanya bisa ditemukan di Bengkulu. Tinggal bagaimana perajin lebih berani mengeksplorasi. Berupa permainan warna atau pangsa pasar.
''Unik. Tidak ada di daerah maupun negara lain kreasi seperti ini. Sangat layak jual, tinggal bagaimana mengemasnya,'' ujar Samuel.
Diketahui, nama kain besurek dari bahasa Bengkulu. Kata tersebut berasal dari suku kata "be" termasuk awalan dengan pengertian "ber" dan "surek". Artinya, "surat" atau "tulisan".
Terjemahan bebas dari kata 'besurek' adalah 'bersurat' atau 'bertulisan'. Kain besurek berarti kain yang dipenuhi dengan surat atau tulisan berciri tulisan kaligrafi Arab.
Pada abad 16, Islam sudah berkembang pesat di provinsi dengan julukan '' Bumi Rafflesia''. Kebudayaan Islam sangat berpengaruh pada perkembangan seni budaya di Bengkulu.
Pengaruh luar masuk ke Bengkulu sejalan dengan datangnya pedagang bangsa India, Tiongkok, Eropa dan Bangsa Arab. Kain Besurek sudah mengakar di masyarakat Kota Bengkulu. Terbukti, dari kekhasan motif kaligrafi tulisan huruf Arab.
Konon, menurut pemuka adat maupun pemuka masyarakat Bengkulu, penggunaan kain besurek sudah sejak lama. Teori menyebutkan sejarah awal perkembangan kain besurek, bermula sejak hijrahnya Sentot Alibasyah, panglima Pangeran Diponegoro, serta sanak saudara dan pengikut-pengikutnya ke Bengkulu.
Penggunaan kain besurek, mulanya hanya untuk upacara adat. Seperti, pengapit pengantin pria khususnya "destar" atau topi khas Bengkulu dalam prosesi pernikahan. Acara calon pengantin putri saat prosesi pemandian, siraman, bedabung atau mengikir gigi. Serta ziarah kubur, akad nikah hingga upacara perkawinan dan sampiran bilik pengantin.
Penulis : Didi Bengkulu