![]() |
Bunker Peninggalan Jepang |
BENGKULU - Pulau Enggano merupakan satu dari ratusan pulau terluar yang ada di Indonesia. Pulau dengan luas sekira sekira 40.260 hektare (Ha) ini terdapat di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.
Pulau yang terpaut 175 km dari Kota Bengkulu, ini bukan hanya menyajikan obyek wisata bahari. Namun, pulau yang dihuni oleh 3.738 jiwa penduduk tersebut juga memiliki jejak peninggalan zaman penjajahan Jepang, sekira tahun 1935 silam.
Peninggalan yang masih membekas itu, seperti bunker-bunker buatan tentara Jepang yang berfungsi sebagai pos-pos pengintaian untuk mengantisipasi serangan. Bunker itu terdapat didua desa, yakni di Desa Malakoni dan Desa Apoho.
Tiga buah bunker itu cukup besar dan berbentuk lingkaran, berdiameter sekira tujuh meter hingga delapan meter dengan tinggi bunker sekira 2,5 meter. Setiap bunker memiliki pintu masuk dibagian dan dua buah lobang pengintai yang terdapat dibagian depan bunker.
Bunker itu sendiri terletak terpisah. Satu bunker tepi pantai malakoni, Desa Malakoni. Sayangnya, saat ini bunker di lokasi itu sudah terkena abrasi air laut. Sehingga letak bunker sudah didalam air laut.
Sementara bunker di Desa Apoho, berjarak sekira 50 meter dari bunker Desa Malakoni juga telah terkena abrasi air laut. Kondisinya, sebagian bunker telah tertimbun pasir. Kondisi bunker itu hanya terlihat dua lobang pengintai, namun pintu masuk dibagian belakang telah tertutup oleh pasir pantai Apoho.
Kemudian, bunker jejak peninggalan Jepang juga terdapat diatas bukit di Desa Apoho, lokasinya sekira 125 meter dari bunker ditepi pantai Apoho atau berjarak sekira 50 meter dari tepi jalan raya Desa Apoho.
Kondisinya, pun sudah memprihatinkan. Bagaimana tidak, bunker itu sudah menjadi semak belukar serta ditumbuhi oleh tanaman liar disekeliling bunker. Konon, di bunker itu masih terdapat satu meja dan kursi peninggalan Jepang. Ukurannya, pun sama seperti bunker lainnya.
Konon, bunker yang diatas bukit itu sudah didiami oleh ular serta angker yang diketahui telah dihuni mahluk halus. Pasalnya, menurut cerita, salah satu kontraktor ingin membangun jalan menuju atas bunker, secara tiba-tiba mesin alat berat mengeluarkan api.
Seketika itu, kontraktor menghentikan pekerjaan dan tidak melanjutkan kembali pekerjaan untuk membuat jalan di samping bunker diatas bukit Desa Apoho.
''Semua bunker itu peninggalan zaman Jepang. Lobang yang terdapat dibagian depan itu digunakan sebagai lobang pengintai musuh semasa itu. Semua lobang pengintai menghadap ke samudera hindia,'' kata Mursiati (50) warga Desa Apoho, beberapa waktu lalu.
''Kita tidak berani masuk dalam lobang bunker, sebab bunker diatas bukit ini sudah dihuni hewan liar dan dianggap angker,'' sambung Mursiati.(**)