![]() |
Foto Ilustrasi. Foto Dok. |
MEDAN, SUMATERA UTARA - Api menjalar cepat membakar sampah di perapian, warnanya merah dan membara. Di perapian berbahan tong kaleng itu telah menumpuk daun-daun layu dan buah-buahan, semuanya melebur penuh sesak di suhu hampir 1.000 drajat celcius.
Sampah-sampah lendir dan bau yang tampak menjijikkan itupun, dalam hitungan jam telah berubah menjadi bulir-bulir halus berwana kegelapan. Yaitu, briket biomassa, bahan bakar alternative berbiaya murah dan ramah lingkungan.
Penemu briket biomassa tersebut adalah Rena. Ibu dua anak ini mengaku berhasil menciptakan bahan bakar alternative tersebut berawal dari desakan untuk menyelesaikan tesis pendidikannya di universitas pada awal Januari 2015.
Awalnya, ia mengaku kesulitan menentukan tesis, karena kesukaanya terhadap lingkungan, tapi berada di fakultas teknik elektro. Bermodal dunia maya, dan ilmu yang dimilikinya selama di kampus. Akhirnya, penelitian bisa selesai dan linier, dengan studi yang di sukainya.
Ditemui di tempat tinggalnya kawasan Marendal, Rena bercerita. Untuk bisa menyelesaikan penelitiannya, ia harus rela masa studinya lebih lama dibanding teman stambuknya, dan mendapat cibiran dari orang sekeliling yang menganggap apa yang dikerjakannya sia-sia.
Tapi itu tidak menyurutkan langkahnya, dengan semangat keyakinan bahwa sampah adalah benda bernilai besar, tesisnya terselesaikan dengan baik, dan ilmunya bisa ditularkan kepada orang lain.
Di ungkapkannya, proses temuan briket biomassa tersebut bukan tanpa kendala. Ia harus merasakan kegagalan berulang hingga berbulan-bulan, sampai menjadi kesempurnaan pembakaran dalam bentuk arang, bukan abu, yang kemudian dilanjutkan dengan menumbuk hingga halus secara manual, baru bisa digunakan sebagai bahan bakar.
Pembakaran sendiri dilakukan bertahap-tahap dan dengan komposisi udara, kadar air dan suhu yang harus presisi. Untuk jenis sampah daun dianggap lebih baik masih berwarna kuning, karena briket dihasilkan bisa mencapai 21 persen.
Usai menyelesaikan studinya di universitas ternama di Medan. Ibu rumah tangga yang juga berkarir sebagai dosen inipun mengaku, tidak mau kikir dengan ilmu. Apa yang ia kerjakan dan temukan, dibagikan dengan masyarakat lainnya.
''Kalangan ibu-ibu di tempat tinggal saya juga dilibatkan mengumpulkan sampah. Saya ajarkan juga proses pembuatan briket,'' kata Rena.
Ia juga kini masih dikontrak Kecamatan Hamparan Perak, untuk mengedukasi kalangan ibu di delapan desa dalam meningkatkan kapasitas kemampuan diri dan taraf perekonomian, lewat pemberdayaan sampah sekitar tempat tinggal menjadi produk bernilai tinggi.
Usai dengan wilayah tersebut, sudah ada kabupaten/kota lainnya. Yaitu, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar telah menantinya.
Rena mengaku, merasa bangga dengan apa yang telah diperbuatnya saat ini. Bisa menjalankan misi ramah lingkungan yang dalam perjalanannya tidak sendiri, karena bisa melibatkan masyarakat lainnya.
Walau masih dalam jurmlah terbatas. Bahkan begitu nyamannya dengan rutinitas kehidupan saat ini, ketika diminta kembali menjadi pembantu rektor di universitas tempatnya mengajar, justru ditolaknya karena merasa lebih banyak bermanfaat di masyarakat.
Menjalankan misi lingkungan ini, Rena beranggapan, bahwa dalam membagi ilmu dimilikinya tidak melulu harus berhubungan dengan materi. Secara sukarela ia siap menularkan pengetahuannya tanpa bayaran, asalkan alat-alat yang dibutuhkan disediakan.
''Seperti tong kaleng bekas, sampah-sampah organik seperti sayur, dedaunan, kulit buah dan sebagainya,'' kata Rena.
Briket biomassa yang dihasilkannya pun bisa dijual dan dapat digunakan menjadi bahan bakar untuk memanggang seperti bakso, ikan dan aman, karena bahan baku pembakaran yang digunakan organik.
Rena pun memiliki harapan, bisa membuat serbuk karbon aktif. Inspirasi itu di dapatkannya saat berkunjung ke Beijing beberapa bulan lalu, dan sedang melaksanaan ibadah di masjid menemukan banyak tempat duduk bantal, ketika disentuh terasa kasar dan ketika ditanya isinya serbuk karbon aktif, yang baik bagi kesehatan karena menghasilkan ion positif.
Usaha keras Rena membuahkan hasil, berkat kegigihannya perempuan ramah ini pada 2016 menyabet penghargaan dari pemerintah Kota Medan sebagai sosok penggerak ekonomi kreatif. Atas itu juga, yang membuatnya kian semangat menciptakan briket yang tidak hanya bermanfaat bagi energy alternative, tapi juga berguna bagi kesehatan.
''Saat ini segala keperluan telah disiapkan. Mulai dari proses penelitian, saya meminta bantuan beberapa pihak,'' sampai Rena.
Penulis : @rerereririri