Link Khusus

ads here

Petualangan Seru Menuju Puncak Gunung Patah

advertise here
Kawah Gunung Patah. Foto Jack Mapala Kampala Unib
BENGKULU - Kabupaten Kaur adalah satu dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan ini selain memiliki obyek wisata pantai, air terjun juga memiliki gunung berapi aktif.

Gunung itu merupakan gunung tertinggi di provinsi yang memiliki julukan ''Bumi Rafflesia'', setelah gunung berapi Bukit Kaba, di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong.

Gunung berapi aktif itu, gunung patah. Berada di kawasan hutan lindung Raje Mendare, dengan memiliki mata air bagi dua provinsi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Gunung Patah memiliki tiga puncak utama. Yakni, puncak danau 2.550 Mdpl, puncak kawah 2.650 Mdpl dan puncak gunung patah 2.817 Mdpl.

Penemuan lobang kawah gunung api itu ditemukan kelompok mahasiswa pecita alam, Kampala Faperta Universitas Bengkulu (Unib), pada Senin 24 Juli 2017.

Posisi kawah gunung itu berada pada ketinggian 2.650 Mdpl, terletak disebelah barat daya puncak gunung atau sebelah timur laut dari Desa Manau Sembilan Kecamatan Padang Guci Hulu.

Untuk menuju gunung patah, pendaki atau pencinta alam bebas musti ke lokasi titik terdekat yang berada di Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur atau sekira enam hingga tujuh jam perjalanan darat dari Kota Bengkulu.

Tidak hanya itu, untuk menggapai puncak tertinggi gunung tersebut para petualang musti menjelajahi hutan belantara tidak kurang dari tujuh hari tujuh malam.

Perjalanan bermula dari Desa Manau Sembilan dengan menyusuri sungai Padang Guci dan sungai cawang yang berada diketinggian 2.550 Mdpl.

Tidak sampai disitu, petualangan kembali dilanjutkan dengan menyusuri perengan lembah-lembah danau menuju arah timur laut. Saat berada diketinggian 2.600 Mdpl, tepatnya pada sebuah anak sungai di daerah itu mulai tercium bau belerang.

Di daerah ini ditemukan vegetasi tinggi dan batang-batang pohon tidak lagi penuh lumut, semak cantigi gunung (Vaccinium Varingiaufolium) atau pohon panjang umur juga ditemui di kawasan ini.

Penemuan semak cantigi itu berada di ketinggian 2.650 Mdpl tepatnya disisi barat jalur. Diketinggian ini pula tampak sisa abu serta arang bekas terbakar.

Sementara puncak tertinggi gunung patah berada diarah utara. Dari arah tenggara pun terlihat kawah mengeluarkan asap dan buih air mendidih. Dari sisi luar kawah terlihat berwana hijau tosca.

''Ini kawasan hutan tropis yang sangat istimewa. Di kawasan ini menyimpan kehidupan liar yang harus kita jaga bersama,'' kata Koordinator eksplorasi gunung patah, R Tri Prayudhi, belum lama ini.

''Jika di bangun untuk tujuan wisata, kami berharap tetap berazaskan pada kaidah konservasi dan prinsip ekowisata agar tak rusak,'' tegas pria yang akrab disapa Jack.

Gunung Patah. Foto Jack 
Gunung Tertinggi di 'Bumi Rafflesia'
Jack mengatakan, gunung patah merupakan gunung tertinggi di 'Bumi Rafflesia'.

Pada tahun 2002, kata pria yang akrab disapa Jack ini, gunung patah sempat dieksplorasi Kampala Unib. Dimana, kenang Jack, saat itu ada sembilan pendaki, dua diantara perempuan.

''Pendakian kali itu gagal, kita hanya mencapai ketinggian 1.450 Mdpl. Itu disebabkan minimnya informasi dan peralatan navigasi darat yang tidak secanggih seperti saat ini,'' kata Jack.

Tidak sampai disitu, ulas Jack, pada tahun 2005 mahasiswa pecinta alam Fakultas Fisip Unib juga sempat mengeksplorasi gunung yang memiliki ketinggian 2.817 Mdpl ini. Saat itu, sampai Jack, eksplorasi gunung patah melalui Rimba Candi Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

''Waktu mapala dari Palasostik mencapai puncak gunung patah. Namun, tidak berhasil menemukan letak kawah dan danau,'' cerita Jack.

Eksplorasi gunung patah, lanjut Jack, bukan hanya dilakukan dari kalangan pendaki asal Bengkulu. Namun, perkumpulan pendaki gunung asal Jawa dan Sumatera Selatan, diketahui sempat mengekplorasi gunung tersebut.

Berselang 10 tahun kemudian tepatnya tahun 2015 ekplorasi gunung patah kembali dilakukan. Ekplorasi tersebut untuk menemukan puncak gunung patah.

Kala itu, Triputra Kesuma selaku koordinator ekplorasi 2015. Pria ini merupakan anggota Kampala angkatan 1999. Dalam ekpedisi itu dirinya tidak sendirian. Melainkan bersama tiga anggota Kampala lainnya.

Seperti, Mukti Aprian 2011, Amix Gegep 2014, Jack Rimbawan 1998 dan Nopri Anto yang merupakan anggota komunitas pelestari puspa langka (KPPL) Padang Guci, Kabupaten Kaur.

''Kala itu kita juga terbatas dengan waktu dan cuaca ekstrim selama 10 hari perjalan. Sehingga kita hanya mencapai ketinggian 2.450 Mdpl atau sekira 100 meter lagi menuju puncak Bukit Belirang yang terdapat Danau Tumutan Tujuh,'' cerita Jack.

Setelah dua tahun berlalu, tepatnya pada Senin 24 Juli 2017. Tim ekspedisi berhasil menggapai puncak gunung patah.

Untuk menggapai puncak tertinggi gunung berapi aktif itu, tim musti bertualang di hutan belantara selama 7 hari, yang mana kawasan itu masuk dalam hutan lindung (HL).

Selain itu, terang Jack, kawasan yang masuk dalam hutan hujan tropis ini menyimpan spesies tumbuhan dan satwa liar langka.

''Saat itu kita lakukan ekspedisi dengan personel lintas angkatan, Jack 1998, Sudaryanto Lek Su 2009, Gegep 2014, Fendio 2015,'' sampai Jack.

Kawah gunung Patah. Foto Jack 
Gunung Patah, Gunung Berapi Purba
Berdasarkan literatur dokumen global volcanism program, dalam website resminya https://volcano.si.edu, sampai Jack, aktivitas vulkanologi, gunung patah adalah gunung berapi purba yang berhutan lebat, dengan tipe strato vulkanik.

Usia letusan terakhir pun tidak diketahui. Diperkiraan gunung berapi ini mempunyai letusan besar (VEI> = 4) sebelum 10.000 tahun lalu.

Dari data dokumen itu juga diketahui, pada 1 Mei 1989 terdapat sebuah lobang kawah baru, dengan luas 150 meter dengan fumarol aktif, yang diamati salah satu pilot pesawat kargo di daerah berhutan lebat pada sisi 3 kilometer (km) arah barat daya dari puncak Gunung Patah.

''Dalam dokumen tersebut tidak menyebutkan tanggal pasti pembentukannya kawah gunung api tersebut,'' ujar Jack.

Danau di Gunung Patah. Foto Jack
Danau Diatas Ketinggian 2.550 Mdpl
Jack menyampaikan, untuk tiba di danau ini pendaki membutuhkan waktu lima hari pendakian ditambah dua hari untuk perjalanan pulang atau sekira 15 karvak dari Desa Manau Sembilan dalam peta berskala 1:50.000.

''Kurang lebih 18 kilometer (KM) perjalanan, dengan medan perjalanan, melalui tebing-tebing curam, melintas menyusuri derasnya arus sungai cawang kidau'' sampai Jack.

Jalur pendakian selama perjalanan, terang Jack, merintis hutan. Dimana vegetasinya sangat rapat. Berupa pohon-pohon besar, dengan semak belukar yang penuh rotan manau.

''Beberapa kali harus menyeberang anak-anak sungai Padang Guci yang arusnya masih deras di bagian hulu,'' terang Jack.

Dalam perjalanan menuju lokasi danau, sambung Jack, masih banyak ditemukan beberapa spesies mamalia. Seperti owa, siamang, rusa sambar, jejak-jejak beruang, macan tutul. Bahkan, kotoran dan jejak harimau sumatera.

Perjalanan cukup melelahkan itu berakhir ketika, melihat air danau yang tenang diantara pepohonan berlumut.

Dimana danau yang memiliki ketinggian 2.550 Mdpl, sangat eksotis dengan suhu yang cukup dingin. Selain itu, disekitar danau masih dipenuhi pepohonan besar dan berlumut, yang menakjubkan danau ini seperti kaca.