![]() |
Kawah Gunung Patah. Foto Jack Mapala Kampala Unib |
Pada tahun 2002, kata pria yang akrab disapa Jack ini, gunung patah sempat dieksplorasi Kampala Unib. Dimana, kenang Jack, saat itu ada sembilan pendaki, dua diantara perempuan.
''Pendakian kali itu gagal, kita hanya mencapai ketinggian 1.450 Mdpl. Itu disebabkan minimnya informasi dan peralatan navigasi darat yang tidak secanggih seperti saat ini,'' kata Jack.
Tidak sampai disitu, ulas Jack, pada tahun 2005 mahasiswa pecinta alam Fakultas Fisip Unib juga sempat mengeksplorasi gunung yang memiliki ketinggian 2.817 Mdpl ini. Saat itu, sampai Jack, eksplorasi gunung patah melalui Rimba Candi Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
''Waktu mapala dari Palasostik mencapai puncak gunung patah. Namun, tidak berhasil menemukan letak kawah dan danau,'' cerita Jack.
Eksplorasi gunung patah, lanjut Jack, bukan hanya dilakukan dari kalangan pendaki asal Bengkulu. Namun, perkumpulan pendaki gunung asal Jawa dan Sumatera Selatan, diketahui sempat mengekplorasi gunung tersebut.
Berselang 10 tahun kemudian tepatnya tahun 2015 ekplorasi gunung patah kembali dilakukan. Ekplorasi tersebut untuk menemukan puncak gunung patah.
Kala itu, Triputra Kesuma selaku koordinator ekplorasi 2015. Pria ini merupakan anggota Kampala angkatan 1999. Dalam ekpedisi itu dirinya tidak sendirian. Melainkan bersama tiga anggota Kampala lainnya.
Seperti, Mukti Aprian 2011, Amix Gegep 2014, Jack Rimbawan 1998 dan Nopri Anto yang merupakan anggota komunitas pelestari puspa langka (KPPL) Padang Guci, Kabupaten Kaur.
''Kala itu kita juga terbatas dengan waktu dan cuaca ekstrim selama 10 hari perjalan. Sehingga kita hanya mencapai ketinggian 2.450 Mdpl atau sekira 100 meter lagi menuju puncak Bukit Belirang yang terdapat Danau Tumutan Tujuh,'' cerita Jack.
Setelah dua tahun berlalu, tepatnya pada Senin 24 Juli 2017. Tim ekspedisi berhasil menggapai puncak gunung patah.
Untuk menggapai puncak tertinggi gunung berapi aktif itu, tim musti bertualang di hutan belantara selama 7 hari, yang mana kawasan itu masuk dalam hutan lindung (HL).
Selain itu, terang Jack, kawasan yang masuk dalam hutan hujan tropis ini menyimpan spesies tumbuhan dan satwa liar langka.
''Saat itu kita lakukan ekspedisi dengan personel lintas angkatan, Jack 1998, Sudaryanto Lek Su 2009, Gegep 2014, Fendio 2015,'' sampai Jack.