![]() |
Danau Bak Blao di Pulau Enggano |
BENGKULU - Ya'uwaika (salam sejahtera selalu)! Begitulah sapaan khas masyarakat di Pulau Enggano, Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, ketika pendatang tiba di pulau terluar Bengkulu ini. Pulau terluar yang terpaut sekira 175 km dari Kota Bengkulu ini memiliki obyek wisata yang tak kalah indahnya dengan Pulau Bunaken.
Bagaimana tidak, wisatawan akan berdecak kagum dengan keindahan obyek wisata danau ''Bak Blao'' di dusun III Desa Meok Kecamatan Enggano, ditambah hamparan pasir putih yang membentang.
Belum lagi, riuh gemuruh pohon disekitar danau menambah evoria untuk dapat berlama-lama di danau yang memiliki luas sekira 50 meter persegi ini. Bahkan, danau yang memiliki air sejernih kaca ini, bakal membuat ketagihan wisatawan, untuk datang kembali. Hal tersebut, lantaran kesegaran air danau, kejernihan air danau serta dinginnya air danau serta suasana alam yang masih ''perawan'' atau alami.
Untuk menikmati keindahan alam danau ''Bak Blao'', wisawatan mesti melakukan perjalanan laut dengan menggunakan jasa kapal Ferry atau kapal Perintis di pelabuhan pulau baai, Kota Bengkulu dengan memakan waktu sekira 12 jam perjalanan.
Untuk kapal Ferry akan bersandar di dermaga Kahyapu Desa Kahyapu, Kecamatan Enggano yang mana untuk menuju ke danau mesti melanjutkan perjalanan darat sekira 26 km atau sekira 1,5 jam.
Sementara jika menggunakan jasa kapal Perintis akan bersandar di dermaga Malakoni, Desa Malakoni, Kecamatan Enggano. Dari dermaga ini wisatawan hanya membutuhkan waktu sekira 30 menit atau 3 km melalui jalur darat, guna menuju danau yang memiliki kedalaman sekira 5 meter itu.
Ketua Lembaga Suku Adat Budaya Enggano, Harun Kaarubi (70) menceritakan, danau ''Bak Blao'' merupakan danau yang terbentuk secara alami sejak zaman dahulu.
''Bak Blao'', jelas Harun, diambil dari bahasa Enggano yang berarti mata air biru yang bersumber dari dasar danau. Meskipun air laut masuk keareal danau ''Bak Blao'', kata dia, namun air laut yang masuk kedalam danau ditolak oleh air danau keluar.
Sehingga, sampai dia, air danau tidak bisa menyatu dengan air laut dari tepi pantai Meok. Bahkan, kata dia, air danau tidak terasa asin melainkan masih seperti air tawar.
''Danau Bak Blao tidak pernah kering. Walaupun di Enggano terjadi kemarau panjang. Sebab, mata air dari dasar danau terus mengalir,'' kata Harun, beberapa waktu lalu.
Danau yang memiliki kedalaman sekira 5 meter itu, sambung pria berusai 70 ini, masih terdapat ada buaya liar. Hanya saja, kata dia, buaya yang berada di danau tersebut tidak mengganggu para pengunjung.
Tidak hanya itu, sampai dia, didalam danau masih terdapat berbagai jenis ikan yang mana di lokasi itu dijadikan sebagai lokasi warga setempat untuk menombak dengan cara menyelami danau.
''Disana (Danau Bak Blao) ada buaya. Tapi, dia (buaya) tidak mengganggu,'' imbuh pria yang mengetuai enam kepala suku di Enggano ini.
Ia berkeyakinan, jika wisata di pulau yang dihuni oleh 3.738 jiwa ini dikelolah dengan baik dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat. Tentunya, wisata danau ''bak blao'' akan menjadi wisata andalan Bengkulu Utara, terlebih wisata bahari andalan Provinsi Bengkulu.
''Wisata ini belum ada perhatian dari pemerintah. Setidakanya jika dikelolah dengan baik, maka wisata bahari ini dapat menjadikan daya tarik wisatawan dari berbagai provinsi di Indonesia maupun wisatawan asal manca negara,'' pungkas Harun.(**)