![]() |
Pantai di Desa Meok Pulau Enggano |
BENGKULU - Tidak hanya bunker, pulau yang didiami oleh 1.327 Kepala Keluarga (KK) dari enam desa ini dahulu juga terdapat bangunan gudang logistik untuk menyimpan stok makanan. Berupa, beras dan roti.
Gudang logistik itu terdapat diatas bukit sekitar Desa Apoho, atau berjarak sekira 17 km dari pusat desa yang mana saat ini sudah menjadi hutan belantara. Di lokasi itu juga terdapat gudang senjata milik tentara Jepang, yang mana seluruh senjata disimpan diatas bukit sama seperti gudang logistik.
Bahkan, dizaman itu Jepang juga telah membangun landasan pesawat berukuran kecil, yang mana pesawat itu dijadikan sebagai pemasok logistik makanan dan senjata ke pulau Enggano.
Bangunan landasan itu dengan lebar sekira delapan meter dengan panjang sekira ratusan meter, yang juga terdapat diatas bukit Desa Apoho. Menurut cerita, di lokasi yang sama juga terdapat bekas kabel telefon peninggalan Jepang, yang digunakan sebagai alat komunikasi kala itu.
''Peninggalan Jepang disini ada gudang senjata, logistik, landasan pesawat jaringan telefon itu terdapat diatas bukit sana (Bukit Desa Apoho). Semua bangunan gudang sudah rusak,'' cerita Ketua Lembaga Suku Adat Budaya Enggano, Harun Kaarubi (70), yang mengetuai enam kepala suku di Pulau Enggano, beberapa waktu lalu.
''Landasan pesawat dan sisa kabel telefon masih bisa dilihat hanya saja sudah ditumbuhi oleh tanaman liar dan sudah menjadi hutan belantara,'' tambah Pria 70 tahun ini.
Pulau yang memiliki lima suku asli dan satu suku pendatang ini, dizaman Jepang dahulu juga sempat membangun terowongan diatas bukit Desa Malakoni. Konon, terowongan itu dibangun untuk pembantaian masyarakat Enggano kala itu.
Diketahui juga pembangunan terowongan itu menggunakan tenaga dari masyarakat Enggano, baik orangtua, dewasa maupun remaja. Menurut cerita, masyarakat Enggano bekerja siang malam secara paksa oleh Jepang.
Harun kembali bercerita, rencana pembangunan terowongan itu terhenti ketika adanya peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki, pada 6 Agustus 1945. Sehingga, pihak tentara Jepang memilih mundur dan pulang ke Jepang dengan menggunakan kapal laut.
Sementara, gudang logistik, landasan pesawat serta peninggalan lainnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang. Bahkan, terang dia, menurut cerita orang terdahulu jika senjata Jepang tidak ada yang dibawa pulang ke Jepang.
Namun, seluruh senjata, baik itu senjata api jenis pistol, senjata api jenis laras panjang dibuang ditengah laut. Begitu juga stok logistik makanan berupa beras, roti ditinggal di gudang yang terdapat diatas bukit.
Diketahui juga, tentara Jepang tidak sempat tiba di Jepang. Hal tersebut, tentara Jepang dihadang oleh tentara Indonesia dan tewas dalam pertempuran ditengah laut.
''Terowongan itu belum selesai dibangun. Rencana terowongan itu dibangun untuk pembantaian warga Enggano. Tapi, belum sempat terjadi pembantai, karena ada bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,'' kenang Harun.
Harun menyampaikan, Jepang menduduki Enggano sekira 10 tahun, yang mana kedatangan Jepang ke Enggano, lanjut Harun, untuk mencari rempah-rempah. Sejak peninggalan Jepang puluhan tahun lalu, terang Harun, warga Enggano masih sempat menemukan peninggalan Jepang, berupa helm tentara yang tertimbun didalam tanah.
''Tentara Jepang cukup lama menduduki Enggano. Beberapa tahun lalu ada warga menemukan helm yang diketahui peninggalan tentara Jepang,'' tandas Harun.(**)