Link Khusus

ads here

Danau Terbelah, di Tepi Pantai Padang Betuah

advertise here
Danau Gedang di tepi pantai Padang Betuah, Desa Padang Betuah Kecamatan Pondok Kelapa
BENGKULU - Selain menyimpan keindahan alam dan misteri, di Danau ''Gedang'' atau Danau Besar di Dusun II Desa Padang Betuah Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Obyek wisata danau di tepi pantai ini juga memiliki fenomena ''Danau Terbelah'' atau ''Danau Patah''. Fenomena yang telah menjadi tradisi masyarakat setempat ini, sudah berlangsung sejak zaman dahulu atau pendahulu masyarakat sekitar. 

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat penduduk asli, ketika air danau sedang tinggi. Dimana tumpukan pasir yang menjadi pembatas air danau dan pantai itu di belah atau digali masyarakat dengan ukuran sekira setengah meter hingga satu meter. 

Sehingga air danau mengalir ke laut atau ke pantai. Cara pembelahan danau itu melibatkan ratusan masyarakat setempat yang digelar secara gotong-royong dengan menggunakan alat tradisional. 

Dimana pembelahan danau itu dilakukan dibagian pangkal danau yang memiliki lebar sekira 20 hingga 25 meter tersebut. Selanjutnya, oleh warga sempat didiami beberapa saat. Tujuannya, agar pasir yang telah digali tersebut dialiri air dan membesar dengan sendirinya. 

Lalu, ketika air danau sudah mulai surut maka belahan atau galian pasir tersebut kembali ditutupi oleh warga setempat. Tradisi itu digelar oleh warga setempat, setiap enam bulan sekali atau ketika air danau dengan tinggi serta dilihat dari intensitas hujan di wilayah tersebut.

''Penunggu'' atau juru kunci Danau Gedang, Inun Zikri (103) mengatakan, fenomena dan tradisi ini sudah berlangsung sejak dahulu. Tujuannya, kata dia, untuk mengambil berbagai jenis ikan, udang dan kepiting. 

Selain itu, terang pria yang akrab disapa Etek Inun ini, limpahan hasil danau tersebut sama sekali tidak pernah habis. Bahkan, kata dia, saat Danau Terbelah diserbu oleh ribuan orang. dari berbagai desa di wilayah itu dan masyarakat dari Bengkulu Utara. 

''Kalau Danau Terbelah, ada ribuan masyarakat kesana yang datang. Walaupun ribuan orang ikan itu tidak pernah habis dan semua masyarakat yang datang dapat membawa pulang berbagai jenis ikan, kepiting dan udang,'' kata Etek Inun, saat ditemui di kediamannya. 

Bapak dari lima orang anak ini menceritakan, dalam tradisi Danau Terbelah tidak ada sesajen atau ritual yang dilakukan. Hanya saja, kata dia, tradisi itu digelar ketika air danau sedang tinggi. Bahkan, lanjut dia, hasil tangkapan berupa ikan, udang dan keting itu dijual oleh masyarakat setempat serta di konsumsi sendiri.

''Siapa saja boleh datang ke sana, saat Danau Terbelah. Tidak ada larangan,'' sampai Etek Inun. 

Ditemui terpisah, Mantan Kepala Desa (kades) Padang Betuah, Sopian Efendi, Danau Terbelah dilakukan oleh masyarakat setempat sekira pada Oktober 2016 lalu. Dimana saat itu, air danau sedang tinggi. 

''Danau Terbelah terakhir sekira tiga bulan lalu. Belah Danau rutin di gelar enam bulan sekali,'' sampai Sopian, saat ditemui di kediamannya. 

Saat Danau Terbelah, sambung Sopian, tidak ada keterbatasan usia. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua. Baik pria maupun wanita. Bahkan, kalangan masyarakat yang hadir saat Danau Terbelah itu dari bebagia desa/kecamatan di Bengkulu tengah serta Kabupaten Bengkulu Utara, yang ikut mencari ikan saat danau terbelah. 

''Tidak ada batasan sama sekali. Tua, muda ada semua kesana saat Danau Terbelah. Ini bisa dikatakan tradisi yang sudah ada sejak dahulu yang saat ini masih di gelar secara rutin,'' jelas Sopian. 

Pria yang menjabat menjadi kades dua periode ini menyampaikan, tradisi Danau Terbelah masih tetap di laksanakan secara rutin. Dimana Danau Terbelah itu akan kembali digelar sekira bulan Maret atau Mei mendatang. Namun, hal tersebut tidak dapat dipastikan secara jelas dan pasti. Sebab, ketika air danau sedang tinggi maka masyarakat akan dibelah. 

''Tidak ada yang mengomandoi dalam pembelahan danau. Semua masyarakat akan datang dengan sendirinya, dan membelah danau,'' sampai Sopian.

Namun, jika Danau tidak Terbelah, lanjut Sopian, masyarakat setempat menjadi wilayah itu sebagai tempat mencari ikan, dengan menggunakan alat tangkap jaring. Sebab, terang dia, sebagian masyarakat di desa yang dihuni oleh sekira 450 Kepala keluarga (KK) ini masih berprofesi sebagai nelayan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Biasanya, sambung Sopian, pencarian ikan ketika Danau Tidak Terbelah, ramai saat hari rabu malam Kamis. Dimana, pada hari Kamis di desa ini ada pekan atau pasar mingguan. Sehingga, hasil tangkapan itu akan dijual di pekan. Pencarian ikan itu pun, kata dia, dilakukan suai salat magrib hingga tengah malam dengan menggunakan alat penerangan obor atau oleh warga setempat disebut ''nyulu''. 

''Setiap hari masyarakat mencari ikan disana. Namun, lokasi itu ramai oleh masyarakat saat malam Kamis. Di sepanjang danau dan tepi pantai dipenuhi lampu obor oleh masyarakat yang mencari ikan. hasil tangkapan itu akan dijual saat pekan (Pasar Mingguan),'' ungkap Sopian. 

''Hasil penjualan itu akan dijadikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,'' demikian Sopian.(**)