![]() |
Jam gadang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat |
SUMATERA BARAT - Jalan - jalan ke kota kelahiran mantan Wakil Presiden pertama, M. Hatta, menajubkan. Bagaimana tidak?, di kota yang berjuluk Kota Wisata ini memiliki obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya, obyek wisata bersejarah, Jam Gadang. Kota yang juga memiliki julukan Kota Pendidikan ini, dikelilingi oleh dua gunung berapi, yakni Gunung Merapi dan Gunung Singgalang.
Untuk menyambangi kota kelahiran Bung Hatta ini, tidaklah sulit. Jika dari Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Para wisatawan dapat menempuh dengan jalur darat. Baik menggunakan kendaraaan umum maupun pribadi. Dalam perjalanan ke obyek wisata Jam Gadang. Para wisatawan membutuhkan watu perjalanan sekitar 18 jam perjalanan, melalui jalur darat.
Dalam perjalanan menuju Kota Bukit Tinggi, wisatawan akan disuguhi oleh pemandangan yang indah pada sisi kiri dan kanan badan jalan, seperti air terjun Lembah Anai, Gunung Merapi yang menjulang tinggi, serta perbukitan yang menampakkan keindahan alamnya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, tiba di Kota yang berjuluk Kota Wisata. Saat tiba di jantung Kota Bukit Tinggi, wisatawan langsung disuguhi oleh obyek bersejarah, Jam Gadang. Didepan obyek wisata itu terdapat bangunan peninggalan Bung Hatta, berupa Bangunan istana Bung Hatta.
Tidak hanya itu, di samping Jam Gadang juga terdapat pusat perbelanjaan, berupa Mall. Selain itu, disekitar Jam Gadang juga terdapat Bendi yang siap melayani para wisatawan. Jam Gadang terletak didepan Plaza Bukit Tinggi Kelurahan Benteng Pasar Atas Kecamatan Guguk Panjang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Persisnya, terletak di jantung Kota Bukit Tinggi.
Saat tiba di lokasi Jam Gadang, wisatawan akan disambut oleh para badut-badut serta para juru foto. Tidak hanya itu, di sekitar lokasi Jam Gadang, terdapat juga penjual pernak-pernik. Seperti baju Jam Gadang, gantungan kunci serta ciri khas lainnya.
Dibangunan Jam Gadang ini, terdapat catatan sejarah yang telah tentang Jam Gadang, berupa prasasti. Diprasasti itu tertulis, Jam Gadang dibangun tahun 1928 oleh Arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh, yang mana saat peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.
Diprasasti itu, juga terukir tulisan tinta emas jika ukuran Jam Gadang berdiameter 80 cm, denah dasar 26 meter, dengan memiliki tinggi sekitar 26 meter. Tidak hanya itu, dalam pembangunan Jam Gadang itu saat itu membutuhkan dana yang mencapai 3.000 Gulden.
Dengan adanya perkembangan di kota sejuk dan dingin ini, semasa itu atap Jam Gadang dari masa mengalami perubahan, yang mana dimasa Belanda bagian atap berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan. Sementara dimasa Jepang berbentuk klentang. Namun, ketika masa kemerdekaan, bagian atas klenteng diturunkan diganti gaya atap bagonjong rumah adat Minangkabau.
Dibagian atas Jam Gadang, terdapat Jam berukuran besar. Sepintas, mungkin tidak ada keanehan pada bangunan jam setinggi 26 meter tersebut. Apalagi jika diperhatikan bentuknya. Menariknya, angka-angka pada Jam Gadang ditulis dengan angka romawi.
Bahkan tidak ada hal yang aneh ketika melihat angka Romawi di Jam Gadang. Tapi coba lebih teliti lagi pada angka Romawi keempat. Terlihat ada sesuatu yang tampaknya menyimpang dari pakem. Mestinya, menulis angka Romawi empat dengan simbol IV. Tapi di Jam Gadang malah dibuat menjadi angka satu yang berjajar empat buah (IIII). Penulisan yang diluar patron angka romawi tersebut hingga saat ini masih diliputi misteri.(**)