Link Khusus

ads here

Merasakan Goyangan ''Molek'' Peninggalan Belanda, di Lebong Tandai

advertise here
Molek
BENGKULU - Kereta api tak sekadar alat transportasi dari satu kota ke kota lain. Lain halnya di Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Warga menggunakan Lori yang di modernisasi menjadi Molek (Motor Lori Ekspres) atau sejenis kereta api kecil, untuk menjadi kendaraan alternatif yang unik, informatif dan mengasyikkan. Zaman sekarang, jarang sekali orang tahu jika di desa penghasil emas terbesar di Indonesia, terdapat sebuah jalur lori yang sangat terkenal pada zaman penjajahan Kolonial Belanda.

Rel lori masih terlihat sampai sekarang. Menurut, masyarakat setempat, terakhir lori masih beroperasi sekira tahun 1947-an. Rel lori, digunakan untuk mengangkat emas zaman penjajahan, dari Desa Air Tenang hingga Desa Lebong Tandai. Rel itu sendiri, dibangun oleh Belanda tahun 1904-an. Namun, setelah Indonesia Merdeka 1945, pada tahun 1947, Belanda pun meninggalkan Desa Lebong Tandai.

Jalur bersejarah dan unik peninggalan Hindia Belanda tersebut diketahui, dibuka kembali oleh warga setempat sekira tahun 1948-an, untuk menuju ke pusat kecamatan, serta memasok bahan pangan. Waktu itu, warga menggunakan Lori Kodok dalam arti, kereta kecil yang menggunakan tenaga manusia dengan cara mendorong. Dengan sistem pengereman, menggunakan kayu.

Seiring dengan perjalanan waktu, sekira tahun 1997 Lori yang selama ini digunakan warga diubah menjadi Molek. Molek itu sendiri diciptakan oleh, Wan Tanggang, warga asli Lebong Tandai. Hal tersebut ditandai dengan, pemasangan mesin diesel 10 PK.

Molek mempunyai 4 roda besi yang jarak masing-masing sumbu rodanya lebih kurang 1,25 Meter. Dengan memiliki panjang badan sekira 6 Meter dan lebar sekira 1,5 Meter. Molek dipandu oleh seorang Masinis yang fungsinya mengatur kecepatan mesin diesel, dan tidak mengatur untuk berbelok. 

Fungsi pemandu juga hampir sama seperti, seorang masinis kereta api yang mengatur kelancaran jalannya molek. Selain itu, untuk kecepatan Molek itu sendiri kisaran 10-15 km/jam.

Bahkan, di Molek itu sendiri juga dipasang bak komling, dari mobil Suzuki Futura atau bak mobil Zebra. Molek sama halnya dengan mobil lainnya yang memiliki gigi. Untuk Molek sendiri, memiliki 6 gigi termasuk gigi mundur. Bahkan, dalam sebuah Molek, terdapat setir second, gas injak yang dimodifikasi, serta menggunakan rem prodo.

Adapun jalur yang dilewati molek (Air Tenang-Lebong Tandai) berjarak lebih kurang 35 kilometer (KM), dengan memakan waktu tempuh sekira lebih 4,5 jam. Namun, setelah adanya rel Molek yang terputus beberapa tahun lalu, jarak tempuh mencapai 6 Jam perjalanan. 

Rel itu putus di kawasan hutan Ronggeng atau stasiun Ronggeng, dimana stasiun ini dijadikan tempat transit untuk menuju pusat desa Lebong Tandai, dengan jarak tempuh sekira 2 jam perjalanan. 

Tak banyak molek yang beroperasi setiap hari, biasanya mereka berangkat, jika sudah ada komunikasi atau pesanan lebih dulu dengan masyarakat Lebong Tandai, yang sengaja ingin keluar desa untuk membeli kebutuhan pangan.

Untuk biaya, menaiki Molek penumpang dikenakan biaya Rp25 ribu per orang, diluar barang bawaan. Itupun biayanya sampai di Stasiun Ronggeng. Lalu, transit menuju pusa Desa Lebong tandai. Untuk satu kali perjalanan dari Air Tenang ke Lebong Tandai, biaya ongkos perorang menghabiskan biaya Rp100 ribu per orang.(**)