Link Khusus

ads here

Tradisi Pasangan Baru Menikah Mandi di Tepian Pengantin

advertise here
Tepian Pengantin
BENGKULU - Tepian pengantin, obyek wisata di tanah ''maroba kite maju'', Bengkulu Tengah. Tidak hanya menyimpan pesona alam. Wisata satu ini memiliki isyarat atau pesan dari leluhur atau nenek moyang yang musti dihelat masyarakat setempat. Khususnya, pasangan suami istri (pasutri) yang baru menikah.

Pasangan itu musti mandi atau berendam di kolam pemandian pengantin. Warga setempat menyebutnya, tepian pengantin. Konon katanya, jika pasangan itu telah mandi maka sang istri nantinya tidak akan meninggal saat bersalin atau melahirkan.

Tradisi itu sudah berlangsung sejak dahulu. Hingga saat ini. Masyarakat setempat menyakini atas pesan atau isyarat dari nenek moyang mereka. Mandi di kolam itu dihelat ketika pasangan usai menggelar resepsi pernikahan di desa.

Sore itu cuaca cerah berawan. Di desa Bukit Kecamatan Talang Empat, persisnya. Ratusan kepala keluarga (kk) mendiami desa yang dipimpin kepala desa (kades) Ali Amran, ini. Dari ratusan kk, ada salah warga tertua di desa ini. Usianya nyaris satu abad, 95 tahun.

Sahid, namanya. Kulitnya keriput. Giginya habis, ompong. Kakek yang telah memiliki 27 cucung ini tinggal di rumah panggung. Mayoritas bangunan rumah terbuat dari papan. Berukuran empat meter kali tujuh meter, kira-kira.

Penglihatannya masih jelas. Pendengarnya mulai bekurang. Rumah sederhana itu dihuni sejak puluhan tahun lalu. Bersama sang istri tercinta. Di teras rumahnya ada dua kursi, satu kursi panjang, terbuat dari kayu. Di depan tempat duduk ada meja. Satu meter, ukurannya.

Di teras rumahnya sinar matahari menerobos masuk. Tak ada kemewahan di rumah itu. Perkarangan rumah panggung itu cukup luas. Sejumlah tanaman sayur-mayur tumbuh subuh di samping rumah kakek yang telah memiliki piyut 45 orang ini.

Sore itu kakek ini sedang membersihkan diri, mandi. Di samping rumahnya. Di bagian bawah rumah, tempatnya. Istrinya sedang pergi ke rumah tetangga. Menjenguk korban laka lantas. Di depan rumahnya.

Tak lama kemudian kakek atau datuk dari istri kades Bukit, Dewi Sunarti ini duduk di teras. Mengenakan sarung. Saat duduk tangannya gemetaran. Seperti kedinginan. Pria ini sedkit banyak mengetahui sejarah tepian atau pemandian pengantin.
 
''Setiap pengantin musti mandi di tepian pengantin. Itu dilakukan ketika ada pasangan yang menikah di desa dan warga asli desa Bukit,'' ucap Sahid, sembari mengingat cerita orangtua terdahulu.