Link Khusus

ads here

Secuil Kisah Biring Kecik Penemu Tepian Pengantin

advertise here
Sahid (95) Warga Desa Bukit Kecammatan Talang Empat
BENGKULU - Isyarat itu bermula dari kedatangan nenek moyang desa Bukit, Biring Kecik atau Biring Kecil, namanya. Tidak ada catatan sejarah atas kedatangan Biring kecik di desa itu. Seingat dia sudah ratusan tahun lalu. Sebelum orangtua Sahid dan kakeknya, Biring Kecik sudah ada.

Sebelum merantau ke desa Bukit, Biring Kecik menjelajah ke sejumlah daerah di Bengkulu. Seperti Kota Bengkulu serta daerah lainnya. Biring Kecik ke Bengkulu, lantaran mencari lokasi mandi yang dibagian ulu atau atas sungai belum ada di mandi oleh orang.

Konon katanya, Biring Kecik tidak memiliki ayah dan ibu. Dia ditemukan di dalam pohon tepi sungai di Palembang, Sumatera Selatan. Biring Kecik di rawat oleh orang yang telah menemukannya.

Menurut cerita terdahulu, Biring Kecik memiliki saudara. Saudaranya di temukan di dalam pohon. Namun, saudaranya itu ditemukan di pohon lain. Tak jauh dari pohon penemuan, Biring Kecik. Tepi aliran sungai.

Seiring berjalannya waktu. Biring Kecik memutuskan pergi dari Sumatera Selatan. Merantau ke provinsi dengan julukan ''Bumi Rafflesia''. Singkatnya, begitu kira-kira. Semasa perantauannya di Bengkulu, dia mencari aliran sungai. Bagian ulu belum di mandi orang.

Namun, tidak ketemu. Setelah beberapa tahun kemudian, Biring Kecik menemukan aliran sungai ulu, yang saat ini menjadi tepian atau pemandian pengantin di desa Bukit. Di sana dia mandi. Membersihkan diri.

Menetap di desa Bukit, Biring Kecik menjalani kehidupan. bertahun-tahun menetap dan tinggal di desa ini keberadaan Biring Kecik, dicari oleh saudaranya yang di Sumatera Selatan. Pada Akhirnya, saudaranya menemukan Biring Kecik di desa Bukit.

Tidak diketahui persis nama saudaranya. Kedatangan saudaranya itu untuk menjemput Biring Kecik untuk pulang ke Sumatera Selatan, palembang. Sayangnya, Biring Kecik tidak berminat dan ingin tetap menetap di desa itu.

Oleh saudaranya, mengisyaratkan jika Biring Kecik tidak ingin pulang maka setiap warga desa yang melangsungkan pernikahan musti mandi di tepian pengantin. Isyarat itulah awal mula setiap pengantin atau warga desa asli Bukit musti mandi di tepian pengantin.

Isyarat lain yang terlontar dari mulut saudara Biring Kecik, ''Jika ada musang yang makan ayam di desa ini maka musang itu tidak akan panjang umur atau mati dalam waktu tiga hari''. Sejak isyarat itu terlontar, masyarakat desa Bukit terus menjalankan tradisi ini.

''Isyarat yang dijalankan itu dipercaya, ketika istri atau perempuan yang baru menikah melahirkan tidak meninggal dunia karena bersalin atau melahirkan. Sampai sekarang masih berlangsung ketika ada pasangan yang baru menikah,'' jelas Sahid, sembari mengenang cerita terdahulu yang sempat dia ketahui.